Jumat, 07 Maret 2008

Tangan Takdir


"Kerjakanlah yang terbaik, dan biarlah takdir yang menyempurnakan dengan caranya sendiri"
Air mengalir menorobos celah dan memecah bebatuan, berjalan tak berhenti, menuju muaranya, untuk menemukan takdirnya. Seperti angin melintasi samudera, menyapu punggung bukit, berputar, melayang, terbang berkelana memenuhi panggilan takdirnya.

Demikian juga perjalanan ini, apakah kita akan terus disibukkan dengan tanya dalam wacana tak berkesudahan antara fatalisme dan aroganisme, bingung untuk menjawab apakah kita dapat merubah takdir, cukuplah kita sadar bahwa kita berjalan untuk menemukan dan menyempurnakan takdir kita.

Bahwa apa yang menjadi milikmu pasti akan kau temukan, dan apa yang tak menjadi hakmu tak akan kau dapatkan, bahkan meski bersusah payah mengusahakannya. Hal ini tidaklah kemudian mengajak kita untuk diam dan menunggu, karena realitas bermain pada wilayah hukum kausalitas, yang mengajari kita untuk berikhtiar semampu daya, siapa yang menabur benih dialah yang akan menuai. Namun pada akhirnya semua tersimpul pada sebuah diktum kosmos "man propose God dispose". Disitulah tangan takdir bekerja dengan caranya sendiri, sebuah cara yang misterius. Ada yang menyebutnya sebagai penyelenggaraan Tuhan, dan dalam setiap penyelenggaraan-Nya selalu ada hikmah, selalu ada keadilan. Maka teruslah berjalan agar engkau pandai menemukan hikmah dan keadilan Tuhanmu.

Tidak ada komentar: