Senin, 12 April 2010

Merindumu*

“…Kini aku mengerti, mengapa rindu bisa membuat seorang laki-laki menangis.”

Telah berapa hari berlalu tanpa dirimu, tak ditemani siapa-siapa kecuali rindu. Ia yang kini selalu menemaniku setia tak kenal waktu, pada awal pagi, saat tengah hari, ketika senja menjelang, bahkan sepanjang malam ia selalu saja datang. Awalnya kupikir ia akan menjadi kawan “sparing partner” yang mudah ditaklukkan, namun tambah hari ia semakian kuat, menyeretku dalam sunyi yang panjang, lalu menyekapku pada jenuh yang jauh, hampir hampa.

Rindu itu selalu saja hadir dengan kenangan-kenangan yang lekat akan dirimu. Saat awal pagi, ia menghadirkan kembali wajahmu yang teduh berbalut mukena merah jambu kesukaanmu, menekuni kitab suci di atas sajadah dalam tilawah yang samar-samar, aku rindu. Bila siang hari, kembali ia mengenangkan akan dirimu, seolah engkau hadir lagi tersenyum menyambut di balik pintu dan duduk disisiku menuangkan air putih yang tawar, sambil menanyakan kabar pekejaanku hari ini. Kembali aku rindu. Lalu bila senja telah tiba, rindu itu kembali lebih kuat mengundang bayanganmu bertandang, memainkan kembali ingatan-ingatan indah padamu, teringat lagi suatu senja yang indah, berlatar langit memerah saga, tepat ketika matahari turun sedepa di atas garis kaki langit, dan kau tersenyum manis sungguh, hingga membuatku kebingungan, keindahan manakah yang menjadikan aku terpesona, langit senja ataukah rona senyummu. Aku semakin rindu. Dan sepanjang malam rindu itu menyiksaku dalam sunyi yang dingin.

Tapi tak mengapa, inilah saatnya belajar lagi, belajar untuk mengelola rindu sebagai pertanda ikatan yang tak sekedar lahiriah, memelihara komitmen untuk saling menjaga dan menguatkan, belajar untuk setia mencintai dengan cara bersahaja, menuluskan cinta lewat doa-doa yang tersambung jauh. Belajar menyelami rindu sebagai saat-saat untuk berinteraksi dengan lebih halus ke dalam diri. Berlatih untuk lebih teguh dan bersabar serta belajar menerima. Dan pada akhirnya dengan rindu itu, aku jadi tahu telah begitu dalam mencintaimu.-n

*Untuk adikku

Luwuk Banggai, Menjelang tengah malam 12 April 2010

Tidak ada komentar: