Kamis, 01 Januari 2009

Rindu itu Doa

’Ya Allah, Jadikan masa terbaikku di penghujungnya, amalan terbaikku di akhirnya, dan hari terbaikku di hari bertemu dengan-Mu’ (Doa Abu Bakar- Al Abdul Farid 2/184)

Kerinduan adalah sebuah ranting dari pohon besar yang bernama cinta, pohon yang tumbuh di halaman jiwa, yang membuat hidup itu bernyawa, teduh, indah dan bertenaga. Waktulah yang akan merawat perasaan itu, bertumbuh dan bertambah besar, kadang ia patah lalu berganti ranting yang lebih kuat.

Inilah tutur waktu tentang kerinduan(ku). Kerinduan masa kanak-kanak adalah kerinduan yang lugu. Kerinduan yang fitrah, tak perlu bertanya kenapa ada rasa itu. Seperti kerinduan hujan kepada awan, atau bintang terhadap malam. Kerinduan waktu itu adalah rindu yang utuh pada ayah dan kepada bunda.

Seiring musim berlari, masa beranjak menukar rasa, sebuah kerinduan muncul perlahan, mendominasi ruang-ruang jiwa, pada sosok makhluk Tuhan yang terindah yang akan menjadi kawan sejalan. Jangan pula ditanya dari mana ia hadir, karena ia adalah warisan romansa manusia pertama.

Perjalanan semakin berlalu, menyaksikan banyak gradasi warna kehidupan, juga tentang narasi dan ironi peradaban. Di tepi jaman yang semakin menua, kerinduan baru menyusup tak ragu. Sebuah rasa membumbung semakin meninggi, yaitu kerinduan untuk `pergi` dengan cara terindah. Sebuah kerinduan yang berubah menjadi doa.-nuas-

Saat Dhuha, di Negeri Timur, 1 Januari 2009

Tidak ada komentar: