Kamis, 02 Juni 2011

Rindu Ayah

Maafkan ayah nak, seharusnya ayah disisimu saat ini menemani hari-harimu yang masih amat belia sebagaimana rupamu yang masih saja merah. Membersamai bundamu dalam malam-malamnya yang kehilangan waktu tidurnya, tak lelah mengurus dirimu. Sepantasnya memang aku disana, setidaknya turut membantu meski tak banyak walau hanya membantu menggantikan popokmu yang basah.



Maafkan ayah nak, bahwa pada akhirnya ayah harus berangkat juga, ke tempat yang jauh ini, menggenapkan tugas yang belum selesai. Kelak akan kuceritakan tentang tanah ini, sebuah tanah yang sangat indah mengangumkan, juga sangat kaya. Pantai yang panjang berkelok tak habis-habis berpagar nyiur-nyiur yang berkawan dengan angin. Ombak yang tak pernah berhenti berpesta berkejaran tak selesai. Sesekali lumba-lumba datang ikut bermain. Senja dan purnama adalah kisah yang tak kan kulewatkan, dari dermaga yang tenang bila kau menemuinya ia bisa membuatmu bergetar mungkin sampai menangis. Lalu anak-anak disini adalah kumpulan para pemberani, didikan alam yang tangguh, sahabatnya adalah lautan maka ombak dan badai adalah temanya berbagi suka dan duka. Orang-orang tuanya adalah sahabat yang hangat, sejawat yang setia, juga guru yang bijaksana. Mereka terampil memaknai arti persaudaran.



Sungguh ayah rindu nak, pada suara tangismu yang tak biasa, tapi pekikan keras yang kusangkakan itu adalah tangis perlawanan pada dunia yang durjana tempat kesejatian dipalingkan dan di asingkan jauh-jauh. Dunia yang kau hadiri hari ini nak, adalah dunia yang semakin menyesakkan nurani, maka engkau tiba pada hari-hari yang semakin sulit. Namun ayah percaya kelak kau akan menunjukkan bahwa dunia ini adalah nista dimatamu. Ayah rindu nak, pada bening bola matamu, tatapanmu yang teduh dan bersih, laksana lautan di musim yang tenang, amat bersahaja. Mata yang kukenali sangat serupa dengan mata seorang perempuan yang melahirkanmu. Ayah juga sangat rindu nak, pada wangi tubuh dan lembut sentuhanmu, kudoakan semoga akhlak juga hatimu jauh lebih harum dan lembut dari sekedar lahiriahmu.



Sungguh ayah rindu nak, dengan semua yang ada pada dirimu.-n





Banggai, 3 Januari 2011-16.01

Tidak ada komentar: