Kamis, 02 Juni 2011

Serial Catatan Perjalanan: Sahabat Laut

Tahukah engkau mengapa aku begitu menyukai laut? Laut yang bening, laut yang hijau, laut yang biru, atau bahkan laut yang hitam hampir-hampir gelap.

Dulu engkau bertanya, mengapa begitu sering kututurkan laut dalam cerita dan catatan perjalananku untukmu.

Seorang sahabat pernah berkata, bahwa baginya laut amat menentramkan, mungkin juga demikian, sebagian dari sekian alasanku memelihara perasaan itu.



Maka sekali waktu ingin aku mengajakmu hadir di tepian lautan pada sebuah dermaga yang tenang di suatu senja yang indah. dermaga tua dari kayu yang di sisinya terikat sampan-sampan kecil yang diayun ombak. Sesekali tamparan riak pada tiangnya memercikkan air laut kewajahmu. Dari jarak yang tak begitu jauh, anak-anak nelayan bermain dengan gembira, berenang dan berlompatan tak peduli matahari yang melayang anggun diatas kepalanya, penuh pesona dengan warna jingga yang lembut. Kita duduk berdampingan seraya menjulurkan kaki yang hampir menyentuh riaknya, Mungkin tak perlu berkata-kata, cukup hanya diam. Menikmati sunyi yang dibawa angin dari negeri yang jauh. Sunyi yang menarik kita pada keheningan yang syahdu. Irama desau angin, pecahan riak gelombang, dan suara kecil lompatan ikan-ikan bermain, hanya itu, selebihnya diam.



Bila engkau tak terburu-buru, kuingin engkau menemaniku sedikit lebih lama, meluaskan pandang jauh kesana, melampaui layar-layar kecil yang bergoyang di kejauhan, bahkan melewati pulau-pulau itu menyentuh batas cakrawala. Lalu apa yang engkau rasakan?



Jika engkau merasakan ketenangan, kelembutan atau bahkan keharuan, sesungguhnya itu jugalah yang kurasakan. Laut telah menjadi tempat membuang resah juga membenamkan rindu yang kadang datang menghujamku.Tempat belajar tentang banyak hal. Dan lebih dari, laut bagiku bahkan kadang menjelma menjadi mihrab yang lapang, tempat dimana kurasakan jemari Tuhan membelaiku dengan lembut. Itu!!-n



Luwuk- Banggai 1 Februari 2011. 19.36

Tidak ada komentar: