Kamis, 26 Desember 2013

Serial Catatan Perjalanan: Mesjid Tua Wapauwe

Bagi yang pernah ke Ambon tentu tak ingin meyangkal tentang sentuhan surga di tanah ini, paduan pantai yang indah dan perbukitan yang ditumbuhi rempah-rempah adalah sebagaian daya tarik yang selalu dikagumi. Dalam catatan sebelumnya telah saya ceritakan tentang keindahan jazirah ini, tentang pantai yang berpagar nyiur, pasir putih dan ombak yang tak berhenti berkejaran lalu kontras perbukitan di sisi yang lain, juga pesona budayanya. Satu lagi yang ingin saya tambahkan tentang sebuah mesjid tua yang bertutur tentang sejarah panjang Islam di Nusantara. Berjalan ke arah utara lebih kurang satu jam perjalanan dari kota Ambon, kita akan menjejak jazirah Leihitu, negeri para raja dan kapitan.Pada sebuah kegiatan pelayanan kesehatan di negeri Hila, Leuihitu, bersama kawan-kawan dari RS Al Fatah Ambon, mereka mengajak saya untuk menyempatkan melihat sebuah situs bersejarah, sebuah mesjid tertua di Nusantara. Tertegun melihat mesjid tua itu saat pertama kali, adalah Mesjid Tua Wapauwe atau Mesjid Tua Hila orang menyebutnya, mesjid sederhana yang masih mempertahankan bentuk aslinya sejak di bangun pada tahun 1414 silam. Sangat sederhana dengan atap ayaman daun rumbia dengan dinding dari pelepah sagu yang telah dikeringkan. Tak ada satu pun paku melainkan menggunakan sasak kayu untuk menghubungkan antar bagian bangunannya. Merinding rasanya saat masuk kedalam biliknya, kain putih serupa kafan tergantung mengelilingi ruangan, dengan bendera tegak di sisi mimbar khatib. Saya menyempatkan shalat ashar di sini, di mesjid yang menjadi saksi jejak Islam yang telah begitu tua di Nusantara. Mesjid yang telah berdiri bahkan jauh sebelum Muhammad Al Fatih membebaskan Konstantinopel yang menjadi pintu masuknya Islam ke Eropa pada tahun 1453. Di dalam mesjid masih tersimpan dengan rapi perkakas atau bagian-bagian mesjid awal yang telah diganti, juga terdapat mushaf Al Quran yang berusia ratusan tahun bertulis tangan. Satu hal yang unik bahwa sebenarnya lokasi mesjid tua yang sekarang bukanlah lokasi mesjid tua saat pertama didirikan, tapi dari penuturan beberapa orang yang saya dengar bahwa dulu sekali pada suatu pagi, tiba-tiba orang-orang menemukan mesjid ini telah berpindah secara gaib dari tempat semula ke tempat sekarang tanpa di ketahui bagaimana prosesnya berpindah. Wallahu alam.

Tidak ada komentar: