Minggu, 08 Juni 2008

Sebuah Catatan Perjalanan


Semalam di Pulau Tiga

Timur adalah dunia yang eksotik, tak ada yang ingin membantah hal itu. Dan itulah daya tariknya. Saya sekali lagi membuktikan aksioma ini. Perjalanan ke Pulau Tiga, pulau kecil di seberang jazirah Leihitu Ambon.

Siang yang menegangkan.
Laut memang tak pernah terduga, sungguh benar kalimat ini, dari tepiannya riak ombaknya damai sangat bersahaja, namun siang itu, ketika perahu kecil kami belum juga begitu jauh meninggalkan jazirah, mulailah kami berhadapan dengan arus laut yang kuat, bertambah jauh, ombak semakin bergulung-gulung. Perahu kecil kami, seumpama busa ringan saja yang terhempas, air melompat melewati dinding perahu, baju basah, celana basah, rambut basah...dan lisan kami pun basah, tidak dengan air laut tapi oleh dzikrullah. Allahu akbar...lirih terucap hampir tak terdengar kata itu. Perawat yang juga satu-satunya perempuan dalam tim kami hari itu, telah pucat pasi, diam tunduk ingin menangis atau mungkin sudah menangis.- Sebenarnya perjalanan kami ini adalah sebuah ekspedisi untuk aksi sosial bantuan kesehatan yang tergabung dalam Tim MER-C (Medical Emergency Rescue Committee) - . Perahu kecil kami terus berguncang, terangkat ke puncak gelombang lalu terhempas ke dasar, dan bersiap lagi dihentam gulungan berikutnya. Allah...sungguh kami menjadi sangat jujur disaat-saat seperti ini, jujur mengakui kebesaran-Mu. Kami sangat kecil dan tak berdaya. Di Tengah laut seperti ini, hanya ada biru, di mana-mana biru, di depan terlihat biru, di samping juga biru bergulung-gulung, jangan menengok ke bawah yang ada hanya biru yang mencekam, lalu ke belakang masih biru lagi, apalagi ke atas, jelas biru yang tak habis-habis. Oh..sungguh sunyi, hanya biru yang luas, biru yang ganas. Allah...saya berpegang kuat di palang perahu, walau saya tahu ini sungguh tak cukup kuat. Waktu terasa berdetak amat lambat, jauh lebih cepat pacu jantung ini. Di luar arus laut mengalir cepat, namun di dalam pun adrenalin mengalir deras. Akhirnya...sampai di tepian pesisir pulau kami tahu sebuah pelajaran berharga baru saja selesai. Kami mengatur nafas perlahan dan tersenyum...segala puji bagi Allah.

Sore yang mengagumkan
Setelah menyelesaikan sebuah rangkaian pelayanan kesehatan siang itu, sorenya adalah saat turun ke pantai, dengan pasir putih nan halus, bersih. Transparan airnya layaknya kaca-kaca bening, terlihat batu-batu karang yang putih seolah bergoyang-goyang. Senja itu, saat mentari perlahan-lahan turun ke ufuk, dan langit berlukis jingga, Tuhan menghadiahkan kami sebuah lengkungan pelangi yang menbingkai pulau Ambon di kejauhan. Sempurna tak bercela. Sungguh mengagumkan. Terimakasih ya Allah, ajari kami untuk terus bersyukur.

Malam yang bercahaya
Malam di sini tak seprti malam di Ambon, atau malam di Makassar, atau di kota-kota lain. Tak ada hiruk pikuk, tak ada keramaian. Tenang, bersahaja, damai ditemani suara ombak dan desau angin, selebihnya diam.
Malam itu kami turun ke pantai, sebagian teman memancing, dan mendapat ikan hiu bintang, ada yang menyalakan api. Saya sendiri berdiri memandang ke laut lepas, mendongak ke langit bebas. Ada beribu cahaya, berjuta malah...bukan, bahkan bermilyar atau lebih dari itu semua. Di langit bertabur cahaya bintang. Di pantai ombak menghempas-hempas cahaya gemerlap plankton-plankton tak berbilang jumlahnya, berkilauan, menarik perhatian. sungguh mengagumkan. Sekali lagi kami tak bisa menahan diri untuk memuji...Subhanallah.

Menjelang subuh yang hening
Sebelum subuh kami sudah hadir lagi di pantai, duduk di teras mesjid berhadap-hadapan dengan laut. Angin segar menampar-nampar wajah kami membawa aroma samudra. Hening...di sini sempurna hening, tak ada suara tiruan dan imitasi. sempurna milik alam, hanya ombak yang memecah kesunyian, namun tak merusak harmoninya justru menambah sakralnya kontemplasi alam. Sungguh ombak itu bertasbih, pasir itu memuji, angin yang bergerak itu, juga dedaunan, semua... semesta bertasbih. Adakah kita mengerti bahasanya?

Pagi yang menyenangkan
Pagi merekah, saat matahari jingga kemerahan menjenguk pulau pagi itu. Semerah ikan-ikan yang dibawa pulang nelayan pulau baru tiba dari melaut. Pagi itu kami mendapat hadiah ikan merah yang segar. Wah...pagi-pagi sudah sapat rezki. Terima kasih pak...terimakasih ya Allah.-nuas-
Ambon, awal Juni 2008

Tidak ada komentar: