Kamis, 22 Mei 2008

Bangkitlah Indonesiaku

Sebuah Catatan Kecil Se-abad Kebangkitan Nasional

...
perahu negeriku
perahu bangsaku
jangan retak dindingmu...

Seabad adalah waktu yang telah relatif lama, kita bersama di gerbong besar bangsa ini. Perjalanan telah cukup jauh, telah banyak persimpangan sejarah kita lewati bersama, tikungan tajam, tanjakan dan penurunan sama kita lalui. Hari ini adalah saat yang baik untuk refleksi atas perjalanan kita bersama di gerbong besar ini. mari kita istirahat sejenak, mengambil jeda dan memetakan ulang rencana perjalanan kita.
Tentu menguras tenaga perjalanan ini, banyak pemendangan-pemandangan indah di sisi jalan tak sempat kita rekam, momen momen mengagumkan terlewat begitu saja. Sementara
banyak keributan-keributan kecil, bahkan kecelakaan-kecelakaan beruntun menguras ketegangan kita. Suara-suara tak karuan, jerit tangis tertahan, umpatan, perdebatan, ketidak harmonisan sesama penumpang gerbong menambah kepenatan fisik, perasaan dan pikiran. Belum lagi cuaca yang sering tak bersahabat akhir-akhir ini, menambah kegalauan hati.
Mari kita singgah sejenak, mengukur apa yang telah kita raih selama perjalanan ini. Telah silih berganti pemimpin mengambil kendali lokomotif gerbong besar ini, tapi kesejahteraan yang merata masih saja hanya menjadi mimpi para penumpang gerbong ini. Banyak jatah makan dicuri diam-diam atau diarampas dengan tega oleh segilitir orang, membuat penumpang yang lain kelaparan, dan anak-anak jatuh sakit kekurangan gizi. Masih ada watak tak adil dan pengkelasan penumpang kelas satu dan kelas dua atau kelas berikutnya, pengkotakan miskin dan kaya, pembedaan penumpang barat dan timur.
Lihatlah anak dan remaja malah terbius oleh budaya yang merampas masa depan mereka (yang berarti juga masa depan gerbong besar ini), mengkomsumsi obat terlarang seperti mereka makan suplemen penambah daya tahan tubuh, gagap terhadap apresiasi seni dan jumud memahami kemajuan, malah bangga dengan trend liar, jauh dari kesan beradab dan kehilangan rasa malu. Sementara bapak-bapaknya sibuk bertarung dan bertaruh siapa yang berhak menjadi punggawa gerbong, di lain waktu ibu-ibu ribut menyemangati gosip murahan, melupakan anak dipangkuan yang berhak belaian dan jatah ASI. Oh..betapa sungguh masih banyak paradoks pentas digerbong ini, setiap hari, bukan.. bahkan setiap saat, setiap jamnya, setiap menitnya.
Hari ini, seabad kita telah berjalan, mari kita lanjutkan cita dan harapan mulia pelopor perjalanan ini, untuk kita wariskan kepada generasi berikut tanpa rasa bersalah dan kehilangan rasa bangga. sudah saatnya kita bangkit bersama membawa gerbong besar ini ke tanah harapan yang kita idamkan bersama. Negeri sejahtera dan berkeadilan yang diridhoi oleh Allah pemilik semesta.
Kita semua punya peran dalam perjalanan ini. Berikanlah setangkai melati bila itu yang kita punya, atau sekuntum doa bahkan bila hanya itu yang tersisa, dan tentu kita bisa lebih dari itu semua. Atau sitidaknya jangan menjadi penumpang gelap yang membuat onar dalam gerbong dan membahayakn sesama penumpang.
Dengan niat yang suci, semangat yang teguh, dan optimisme yang menyala, kita melangakah bersama menuju bangsa yang lebih baik.
Bangkitlah Indonesiaku.-nuas-
Ambon, 20 Mei 2008

Tidak ada komentar: