Minggu, 18 Mei 2008

Kembali


Kembalilah...
di sini
meneruskan cerita kita yang tak selesai
menggenapkan mimpi yang belum usai...

Kutanya padamu wahai diri...
Kepada siapakah engkau berteriak dan kepada siapakah engkau melawan?
Kepada duniakah? Yang mendemonstrasikan kedzaliman dengan sangat elegan.
Kepada budaya picisan dengan trend lokal dan interlokal murahan.
Kepada drama tragis kemanusiaan yang tak pernah selesai dipentaskan.
Kepada status quo yang tak gamang berdiri di atas tirani dan hirarki
Kepada siapakah..? Kutanya dirimu sekali lagi wahai diri...
Sementara dikamarmu sendiri tergeletak lesu idealisme.
Jauh di sudut hatimu ada jerit nurani yang tak jua kunjung berdamai.
Lihatlah, pada dirimu ada pengkhianatan jati diri, tinggallah identitas sejati bercengkrama dengan sepi dan jejaring laba-laba.
Bahwa melawan adalah sebuah keharusan, tuk mengalirkan gelisah dan sesak atas realitas kekinian.
Namun mutlak, perlawanan dimulai atas diri sendiri.
Men"tanah rata"kan bias atas kesucian niat, keihlasan, dan keteguhan.
Membunuh kelemahan jiwa, menaklukkan tiran yang menjajah jiwa.
Agar...teriakan itu tak menjadi seruan malu-malu tersapu angin lalu.
Agar sejarah diri tak hanya sekedar narasi yang sepi inspirasi.
Maka kembalilah...wahai diri, pada iman sejati, pada jati diri. -nuas-
Ambon, Mei 2008

Tidak ada komentar: