Rabu, 07 Mei 2008

Negeri Ironi

Mari kita beristirahat sejenak, tuan. Melupakan sesaat peliknya krisis yang mendera hari hari negeri kita. Apalagi esok harga BBM konon kabar akan naik kembali.
Mari kita rehat sejenak, puan. Berbincang tentang sebuah negeri yang unik. Negeri ini kaya akan lelucon-lelucon aneh, melimpah negeri ini oleh tokoh-tokoh dengan karakter antagonis.

Konon kabarnya negeri ini sangat indah. lukisan alamnya mengagumkan, seolah ia adalah potongan-potongan nirwana yang jatuh dari langit. Bentangan pantainya sejauh mata memandang. rimba dan gunungnya teduh dan anggun. Tapi itu dulu.
Anak-anak negeri itu mungkin jenuh dengan anugerah, mereka merusak, membakarnya dan tak bertanggung jawab. Maka alam pun murka, tak lagi bersahabat. Bencana adalah menu harian yang teramat biasa.

Konon kabarnya negeri ini sangat kaya, sumber daya alamnya melimpah tak habis-habis, membentang dari ujung sampai ke ujung, di atas tanahnya ataupun di dalam perut buminya.
Tapi para penguasa di negeri itu berkhianat, merelakan kekayaan negerinya dirampok negeri-negeri lain. Jadilah anak-anak negeri itu miskin, terbelakang, dan kelaparan.

Konon juga kabarnya, negeri itu punya jati diri sebagai bangsa yang bermartabat, punya harga diri, religius dan tak pernah kehabisan pahlawan. Tapi itu tinggal cerita lama, karena kini anak-anak negerinya telah terbius oleh candu imperialis. Mereka telah meninggalkan budaya malu, menggantinya dengan praktek-praktek berselera rendah produk penjajah. Mereka beragama, tapi lebih sering lupa bahwa mereka itu bertuhan. Kehilangan harga diri, dan teramat langka orang-orang yang mau berjuang.

Sebenarnya, masih banyak keganjilan dan kegilaan negeri ironi itu, tapi cukup di sini saja. Ada kengerian membayangkan bagaimana masa depan negeri tersebut.
Maka wahai tuan dan puan, mari kita berdoa dan terus bekerja, semoga saja negeri kita tak menjadi negeri ironi yang konon kabarnya tak jauh berbeda dengan negeri tersebut. Nauzubillah.
Ambon, 7 Mei 2008

Tidak ada komentar: