Kamis, 04 Desember 2008

Jalan Pulang Itu

Keimanan, kejujuran, keihklasan, dan semua komitmen idealis berikutnya adalah pilihan yang tak bias lagi ditawar. Namun, tatkala janji itu dimulai maka bersiaplah akan ujian pada komitmen kita tersebut.
Tidaklah teguh sebuah iman sebelum ia diuji, seperti kejujuran barulah disematkan ketika ia berani berkata tidak pada godaan-godaan yang mencederai komitmennya, sebagaimana keihklasan yang murni karena bertahan untuk tidak memilih jalan kecuali yang disiapkan untuknya. Demikian pula jalan pulang, langkah untuk menyusuri jalan-jalan keimanan, kejujuran, keihklasan, dan jejak tapak spritualisme lainnya, tak jua luput dari ujian.
Jalan pulang adalah kemestian, walaupun...
Jalan pulang itu ternyata meletihkan, ia adalah kelelahan yang tak selesai. Kerja yang tak habis-habis. Karena hidup berjalan pada titian yang penuh tipu daya, panggilan-panggilan syahwat memenuhi kiri kanannya. Jebakan-jebakan pseudosurgawi yang melenakan. Sehari berjalan dijalur yang sejati, esok terjatuh lagi, lusa berbelok lagi, selajutnya lupa pada jalan pulang lagi.
Jalan pulang adalah keharusan, meski...
Jalan pulang itu ternyata menyibukkan, setiap saat harus selalu dikuatkan, senantiasa harus dibela, tak kenal waktu dan tak peduli medan, ia harus selalu dimenangkan dari tarikan-tarikan yang menggodanya.
Jalan pulang itu adalah kerinduan yang begitu sungguh pada keindahan dan ketinggian yang sempurna, sekaligus kesedihan yang meratapi kehinaan dan kekalahan yang paling bawah.
Jalan pulang itu adalah komitmen iman, kejujuran pada janji sendiri, keihlasan yang panjang dan tak berhenti
Jalan pulang itu mengawinkan al wala` dan al bara`
Jalan pulang itu adalah kesabaran untuk terus bertahan.
Jalan pulang itu adalah keberanian untuk mengalahkan ketakutan-ketakutan manusiawi,
meruntuhkan kekuasaan naluri.
Sebab...jalan pulang itu adalah jalan untuk bertahan di titian taubatan nasuha.-nuas-

Papua, November 2008

Tidak ada komentar: