Selasa, 09 Februari 2010

Mengenangmu

“…duhai Rabb, maafkan dan kasihilah ibu kami, ibu kami, ibu kami dan ayah kami…Amin”

Aku tak harus berpura-pura kuat, seolah haru adalah musibah yang menjadi pertanda aib yang harus kukemas rapat-rapat. aku tetap saja seperti kanak-kanak yang tak pernah beranjak besar dalam urusan ini. Selalu tak bisa membendung rasa ketika kenang itu hadir, masih sama sejak dulu. Sebab aku bukan terbuat dari karang yang teguhnya tak pernah berniat untuk mundur dan tegarnya tak lemah oleh waktu.

Jadilah mengenangmu seperti mengingat senja, saat langit memerah saga. Kenang yang membawaku ke kedalaman yang penuh sesak oleh rindu. Rindu yang bila ia datang seolah hijau menjadi layu, warna tersisa kelabu menemani sendu.

Mengenangmu adalah mengharap rembulan pada bentuk yang paling sempurna, sebab di sana terlukis wajahmu yang teduh, cahayanya berpendar keperakan seperti kalimatmu yang bersahaja yang menguatkan dan menuntun langkah selalu.

Mengenangmu adalah mengeja kembali harapan-harapan besar, yang kau ceritakan lewat sorot mata, senyum tulus, dan genggam tanganmu. Cita-cita yang kau denyutkan di urat nadi dan kau rawat dengan yakin tanpa keraguan.

Mengenangmu adalah membaca kebijaksanaan dalam diammu yang teduh, seperti lubuk yang jauh tenang namun dalam, menyusuri teduhmu seolah mengarungi wibawa dan kebersahajaan pada samudra tak bergelombang, sunyi tapi anggun.

Mengenangmu adalah gerimis yang selalu berubah menjadi deras, basah yang menghadirkan kelembutan sekaligus penguat kesadaran bahwa seorang lelaki tetap harus bertahan, bahwa tidaklah kelelahan boleh sanggup membujuk dan merayu tekad mereka, tak juga oleh resiko.

Mengenangmu adalah doa yang selalu kukemas rapi dalam harap yang sungguh. Ketika larut pada kalimat yang haru “Rabbigfirli waliwalidayya warhamhuma kama Robayaani shogira”..allahumma amin.-n

• Kepada yang pada doanya tak pernah terlepas namaku…Semoga senyum Allah untukmu selalu.

Tidak ada komentar: