Selasa, 09 Februari 2010

Musim Menangis

Berapa jarak yg harus kutempuh menuju rumahMu. Berapa waktu yang kubutuhkan untuk menyentuh pelukMu. Harusnya aku menggigil melihat rembulan dan gentar menatap matahari. Seperti Ibrahim kecil mencari wajahMu di situ. Namun tak diriku.

Ini lebih dari memeras darah dari arteri sendiri, atau mengiris belati di urat nadi. Terluka di tempat yg mematikan, terjatuh dan mengaku kalah. Atau malah lebih menakutkan lagi; kematian hati, kematian jati diri.

Aku ingin pulang menyusur jalanMu, sebelum aku benar-benar lupa pada jejak itu. Lama tak haru melihat ceria anak-anak yang senyumnya putih. Lama tak tersentuh pada tilawah dan ayat-ayat suci. Lama tak tergugu pada ruku dan sujud padaMu. Lama nian tak rindu pada sajadah dan basuh sejuk dzikir asmaMu.

Aku rindu menangis seperti dulu...

Tidak ada komentar: