Kami t

Maka maafkanlah kami, sungguh adalah kemarahan itu milik kami juga, kesedihan pun menjalari sekujur perasaan kami, karena kita tetap bersaudara, tangis dan darahmu adalah tangis dan darah kami juga. Sungguh ada kerinduan untuk berlari bersamamu dalam teriakan takbir melontarkan batu-batu, kami ingin merasakan kegembiraanmu bermain-main dengan hujan peluru, setidaknya kami bisa membantu membasuh dan mebersihkan lukamu dan mencium wangi darahmu.
Saudaraku, maafkan kami, yang hanya bisa menonton dari jauh. Kenapa mesti ada perbatasan antara negeri-negeri kita padahal kita sejatinya satu, satu tubuh, satu penanggungan, satu keyakinan, satu perlawanan. Maafkan kami bila baru sekedar doa kami kirimkan ke langit untukmu. Percayalah saudaraku...ada banyak anak-anak muda di negeri kami sedang menanti giliran, untuk bergabung bersama barisanmu.
Dan terus rayakan tahun baru dengan kemuliaan jihadmu, terangi langit negerimu dengan roket pelontar dan peluru-peluru yang menyala. Terus ramaikan gemuruh tiap sudut negerimu dengan dentuman bom dan sorak takbir membahana. Jangan biarkan anjing-anjing zionis itu tidur nyenyak dan merasa aman berteduh dalam rumah-rumah di balik temboknya.
Sekali lagi maafkan kami, bila baru sekedar doa yang bisa kami persembahkan untukmu saat ini. Besok, kami juga akan hadir di sana, di bumi jihadmu...Semoga.-nuas-
”Ya Rabb, teguhkanlah saudara kami, karuniakan kemenangan untuk mereka, dan hinakanlah kedazaliman penjajah itu...Amin”
Tanah Papua, 30 Desember 2008/ 2 Muharram 1430 H